BETERNAK MURAI BATU
Banyak yang bilang "memiliki sepasang MB jantan dan betina saja sudah
bisa ditangkarkan. "gak juga", menangkar murai batu bukan cuma materi
indukan yang kita miliki, namun pengetahuan dengan banyak membaca dan
membuka buka situs yang berhubungan dengan penangkaran sangatlah mutlak
sebagai acuan referensi kita kedepan agar lebih baik lagi dalam
menangkarkan murai batu. dan yang paling terpenting adalah pemahaman
kita dalam mengenal seputar kehidupan dari murai batu itu sendiri.
Di kehidupan alamnya murai batu juga memiliki siklus seperti, mulai
belajar bersuara, mengenal lingkungan, pergantian bulu, masa kawin,
membesarkan anak dsb yang tentu saja setiap individu (MB) berbeda beda
karakternya... dan itu semua harus kita pelajari agar kita semakin
semangat dalam menangkar dan TIDAK PATAH SEMANGAT DI TENGAH JALAN karena
sepasang MBnya tak kunjung bertelur.
Idealnya Murai Batu akan memasuki masa berkembang biak jika pasangan
tersebut sudah memasuki waktunya dalam artian sudah birahi keduanya dan
sudah mapan (cukup usia), ada juga yang bilang jika MB jantan sudah
gacor sudah siap di tangkarkan ternyata tidak juga, gacor bukan berarti
siap ternak namun gacor merupakan salah satu indikasi bahwa murai jantan
tersebut sudah mulai memasuki masa birahi, kenapa demikian karena ada
jantan yang gacor namun betinanya tidak siap atau sebaliknya yang tentu
saja indukan jantan tersebut akan menyerang betinanya... ataupu ada
jantan yang gacor namun tidak siap untuk berkembang biak, disinilah kita
harus mulai memahami sifat dan kebiasaan murai batu yang tentu saja
semuanya kita dapatkan berdasarkan pengalaman masing masing yang tidak
ada ketentuan bakunya.
Hal ini pernah di alami, MB jantan gacor sekali dan betinanyapun sudah
bisa dikatakan siap dan sering ngeper namun belum juga bisa berkembang
biak, karena terkadang banyak faktor yang turut mempengaruhi pasangan MB
tsb untuk berkembang biak salah satunya KETERSEDIAAN PAKAN, LINGKUNGAN,
CUACA, KENYAMANAN, dan yang tak kalah pentingnya adalah PERLENGKAPAN
SARANA BREEDING yang sangat mempengaruhi proses breeding yang kita
jalankan,
Artinya, bermodalkan sepasang MB saja belum cukup jika kita tidak bisa
mengkondisikan dan memantau apa saja yang dibutuhkan pasangan tersebut
untuk dapat berkembang biak dan memberikan keturunan yang kita idamkan.
Beberarapa tips penangkaran burung murai batu
Memilih Calon Indukan Murai Batu
Hal pertama yang perlu dipersiapkan adalah memilih indukan Jantan dan
Betina yang berkualitas. Ukuran tentang kualitas dapat bermacam-macam
alasan dan motivasi serta tujuan mengembang-biakan burung tersebut. Tapi
sebagai dasar utama pemilihan indukan yang berkualitas adalah melihat
dari gen indukan tersebut. Oleh karena itu dapat dipertimbangkan tujuan
dan motivasi penangkaran sbb:
Indukan Jantan Burung Murai Batu
Indukan Betina Burung Murai Batu
1. Tujuan Untuk Kompetisi (Lomba) Burung Berkicau.
Cari gen indukan jantan yang punya prospek juara. Biasanya burung yang
telah mendapat predikat juara disuatu perlombaan besar merupakan acuan
calon indukan yang berkualitas. Walaupun acuan ini tidak mutlak
dilakukan, tetapi paling tidak sudah mempunyai modal sebagai indukan
yang baik, kendalanya barangkali adalah masalah harganya yang cukup
tinggi.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, cari alternatif lain yang relatif
lebih mudah. Caranya dengan mencari calon indukan yang mempunyai prospek
yang baik, walaupun belum pernah juara atau diperlombakan. Umumnya
indukan yang baik adalah yang bertipe suara keras, pintar menirukan
suara burung lain, mempunyai tonjolan-tonjolan suara yang khas, misalnya
tembakan-tembakan, ngerol dan variasi suara. Serta performa dan
penampilan yang baik saat membawakan irama lagu. (Mengenai ciri-ciri
burung yang berkualitas dan mempunyai prospek juara akan dibahas dalam
artikel terpisah).
Setelah menentukan indukan Jantan, langkah selanjutnya adalah mencari
indukan Betina yang berkualitas. Ciri-ciri fisiknya kurang lebih sama
dengan indukan Jantan. Indukan Betina juga harus dicari yang suaranya
merdu dan berpostur baik, mempunyai ekor yang cukup panjang untuk ukuran
murai batu betina. Burung yang akan dijodohkan sebaiknya hewan yang
dari sub-spesies yang sama. Ini jauh lebih sulit lagi, karena jarang
sekali diperdagangkan indukan murai batu betina yang baik. Mayoritas
pedagang menjual murai batu berjenis kelamin Jantan. Alternatif yang
termudah dengan mendatangi rumah-rumah penangkaran murai batu dan
memesannya terlebih dahulu (cara ini biasanya lama di dapat, karena
pemesannya juga banyak).
2. Tujuan Untuk Sekedar Menangkarkan Saja.
Cara ini biasanya dilakukan oleh para hobbies, karena pertimbangan
melestarikan kelangsungan hidup murai batu saja. Jenis yang ditangkarkan
murai batu dari sub-spesies apa saja.
Mempersiapkan Penjodohan Burung Murai Batu
Setelah dipilih calon-calon indukan yang baik, langkah pertama adalah
dengan memperkenalkan suara/kicauan indukan Jantan dan indukan Betina
terlebih dahulu. Caranya dengan menempatkan kedua burung tersebut dalam
sangkar gantung yang terpisah. Usahakan berada dalam satu area agar
suara/kicauan mereka dapat saling terdengar. Usahakan satu sama lain
tidak diperlihatkan terlebih dahulu. Disini fungsi kain penutup sangkar
(kerodong) berperan. Setelah terjadi saling sahutan, biarkan sampai
irama kicauan mereka seirama. (biasanya diperlukan waktu sekitar 2
sampai 3 hari, tetapi ini juga tidak mutlak, tergantung kondisi
dilapangan). Dalam kondisi ini dianjurkan untuk memberian pakan hidup
dan nutrisi yang cukup agar burung mencapai puncak birahi, sehingga
mempermudah proses penjodohan. (Mengenai pakan hidup dan nutrisi akan
dibahas dalam artikel terpisah).
Proses Perjodoan Burung Murai Batu
Setelah ada keseimbangan irama kicauan diantara mereka, pertemukan mereka dengan tahapan gradual sbb:
- Buka
masing-masing kerodong dengan jarak antara kedua sangkar berjauhan + 4
meter. Jangan terburu-buru untuk langsung mempertemukan mereka. Karena
indukan Jantan dapat menyerang bahkan dapat membunuh indukan Betina.
Kegiatan menjodohkan ini akan berlangsung berhari-hari, bahkan dalam
hitungan minggu.
- Setelah proses ini berjalan dengan baik dan terjadi
kemajuan satu sama lain, tempatkan sangkar lebih dekat lagi. Misalnya
persempit jarak sangkar mereka menjadi 1 meter – 2 meter. Biasanya kalo
kedua burung sudah saling cocok, Individu Jantan akan memperlihatkan
bahasa tubuh, seperti mengibas-kibaskan ekornya dan menampilkan suara
yang merdu untuk menarik perhatian individu betina.
- Jika reaksi indukan betina hanya berdiam diri di atas
tangkringan saja, itu menandakan ia belum siap untuk kawin. Proses ini
membutuhkan kesabaran.
- Jika reaksi indukan betina mengambil posisi membungkuk dan
melebarkan kedua sayapnya, itu menandakan is sudah benar-benar siap
untuk kawin.
- Jika keadaan seperti point d di atas, segera masukkan
kedua indukan dalam kandang penangkaran yang besar. Keluarkan betina
dari dalam sangkar, sedangkan indukan Jantan usahakan masih didalam
sangkar yang digantung di dalam kandang besar. Biarkan proses penjodohan
ini berlanjut sampai indukan Betina benar-benar siap untuk dikawinkan.
Biasanya indukan betina akan sering hinggap disekitar sangkar indukan
Jantan.
- Setelah fase penjodohan memperlihatkan kemajuan yang baik, anda tidak perlu khawatir untuk mengeluarkan indukan Jantan dari sangkar gantung.
Indukan Betina Burung Murai Batu Menyusun Sarang
Seringkali, jika kedua pasangan memasuki masa reproduksi, perkawinan tidak dilangsungkan secara cepat (tidak terburu-buru), sampai indukan Jantan benar-benar menerima indukan betina setelah terlebih dahulu terjadi proses penjodohan. Indukan Jantan akan tampil atraktif dan bernyanyi merdu di depan indukan Jantan, seolah olah ingin mengatakan bahwa saya seorang gentlemen. Ia juga akan memeriksa kotak sarang. Ia perlu melihat apakah kotak sarangnya akan dapat menjadi tempat yang nyaman. Selanjutnya ia akan masuk ke dalam kotak sarang dan memperhatikan dengan seksama untuk waktu yang lama, kemudian akan berkicau dengan pelan seolah memanggil induk betina dan menyuruhnya masuk ke dalam kotak sarang.
Apabila induk Jantan meninggalkan kotak sarang, induk betina akan memeriksa kenyamananya, tetapi ia jarang keluar dari kotak sarang sebelum sang Jantan benar-benar membangun sarangnya.
Idealnya, burung harus membangun sarangnya beberapa hari setelah saling mengenal. Biasanya induk Jantan yang mulai menyusun sarang. Setelah separuh dari sarang terkumpul, induk betina akan segera keluar sarang dan mulai menyelesaikan sarangnya.
Biasanya, setelah 2 hari berlangsung sarang akan selesai dan induk betina akan beristirahat. Setelah kurang lebih 4 hari, induk betina akan mulai bertelur. Dalam sehari ia akan bertelur sekali. Jumlah telur yang akan dierami 3 dampai 4 telur. Bahkan ada yang sampai berjumlah 5 telur. Saat jumlah telur sudah mencapai 3 butir, induk betina biasanya sudah mulai melakukan pengeraman.
Untuk memulai penangkaran, tentunya kita sudah harus menyiapkan kandang penangkaran. Kandang penangkaran murai batu bisa dilihat contohnya pada gambar di bawah ini:
Penampang dalam kandang murai batu.
Keterangan:
A + B = lokasi untuk penempatan sarang; dalam satu kandang bisa diberi dua atau tiga tempat biar burung memilih sendiri mau bersarang di mana.
C = Atap tertutup
D= Atap terbuka (digunakan kawat strimin)
E= Wadah air (untuk mandi)
F= Lokasi/wadah pakan/air untuk minum
G=Tangkringan
Panjang x lebar x tinggi: Untuk murai batu dan burung ukuran sedang, disesuaikan dengan lebar kawat strimin di pasaran sehingga tidak repot mengerjakannya ==> panjang dan lebar = 90 cm; tinggi 180 atau 200 cm.
Bahan: bisa dari apa saja asal kuat.
Batas samping kanan-kiri dan belakang = dinding/ tembok atau papan yang tahan lama dsb.
Atas = bagian yang tertutup bisa langsung di atasnya adalah genting dengan semua bagian kandang sudah tertutup kawat strimin.
Tangkringan = kayu asem, kayu jati serutan dll yang penting keras, dengan diameter sekitar 2 – 3 cm.
Papan tempat pakan (F) kayu yang kuat.
Penampang luar kandang penangkaran murai batu.
Keterangan:
A. Kawat strimin sehingga burung bisa terlihat dari luar untuk pengecekan.
B. Jendela untuk keluar masuk tangan mengganti air minum dan pakan.
C. Papan/tembok tertutup
D. Pintu untuk keluar masuk orang.
KOTAK SARANG
Berikut ini adalah kotak sarang, khususnya untuk burung MB. Bahan dari kayu yang kuat:
Kotak sarang murai batu
Wadah sarang untuk murai batu
Wadah sarang dari bambu
KERANGKA SARANG DAN PAKAN ANTI-SEMUT
Untuk tempat sarang dan juga tempat pakan anti-semut, bisa dibuatkan kerangka tersendiri seperti di bawah ini:
Di dalam kandang juga perlu disiapkan bahan penyusun sarang berupa merang atau daun cemara/pinus. Sebagian dimasukkan ke kotak wadah sarang untuk merangsang burung membikin sarang dan sebagian besar lainnya diletakkan di lanyai kandang di tempat yang kering.
Pemilihan indukan dan penjodohan
Murai batu di penangkaran Om Amiex. (Foto: kicaumania.or.id)
Sebagaimana pemilihan indukan untuk burung penangkaran pada umumnya, maka untuk memilih indukan jantan, pilih saja murai batu yang sehat, tidak cacat fisik dan gacor dengan perkiraan usia di atas 2 tahun. Sedangkan betinanya, bisa dipilih yang usia di atas 1 tahun, mulus dan sudah mau bunyi kalau didekatkan dengan murai batu jantan. Pilihlah jantan dan betina yang jinak, dalam arti tidak takut lagi dengan manusia. Soal asal murai batu, pilih sesuai keinginan Anda. Bisa asal Lampung, Aceh atau dari manapun.
Untuk penjodohan, sama dengan proses penjodohan cucak ijo pada artikel saya sebelumnya. Tetapi, oke, saya tulis ulang saja di sini. Intinya, proses penjodohan bisa dilakukan dengan kandang penjodohan, yakni sangkar bersekat yang sekatnya bisa kita ambil sewaktu-waktu. Jika tidak punya sangkar sekat, bisa gunakan sangkar harian biasa. Penjodohan dilakukan dengan selalu menempelkan sangkar si jantan dan betina berdempetan. Dengan posisi ini, maka jantan yang sudah birahi pada tahap awal akan selalu berkicau mengarah si betina. Si betina juga akan menanggapi dengan siulan-siulan khas betina. Jika belum mau berjodoh, betina akan menghindar dengan cara menjauh dan bersikap cuek. Proses penjodohan ini bisa berlangsung lama atau sebentar tergantung dari kondisi birahi masing-masing. Yang jelas, murai batu betina yang sudah birahi, tanda-tandanya suka menggetar-getarkan sayap dan selalu berusaha mendekat ke murai batu jantan.
Untuk membuat burung cepat jodoh, dia biasanya melakukan hal sebagai berikut (lihat juga hal yang sama dilakukan untuk penjodohan cucak ijo) :
1. Hari pertama diberi EF yang lebih dari biasa, misal jantan betina diberi masing-masing 10 ekor jangkrik dan 10 ekor cacing dengan tujuan agar keduanya terpacu birahinya.
2. Hari kedua, jatah jantan tetap dan jatah betina dikurangi, misal 10 : 5, hal ini ditujukan untuk tetap menjaga birahinya.
3, Hari ketiga jatah jantan ditambah dan jatah betina dihilangkan. Tujuannya pada saat si jantan birahi, dia akan memainkan EF di mulutnya, dan pada saat yang bersamaan si betina kelaparan karena tidak mendapat jatah makan, sehingga si betina akan berusaha meminta jatah makan dari si jantan.
Proses ini bisa dilanjutkan untuk beberapa hari ke depan. Lamanya tergantung burung itu sendiri, bisa sehari, 2 hari atau mungkin 1 bulan belum jodoh.
Proses penjodohan seperti itu pula yang biasa dilakukan para penangkar. Proses penjodohan ini dilakukan selama hampir sebulan sampai jantan betina mau bercampur tanpa tarung lagi.
Kadang, ada juga penangkar yang langsung memasukkan murai batu jantan dan betina dalam satu kandang penangkaran tanpa proses penjodohan terlalu lama. Namun hal ini biasa dilakukan ketika murai batu jantan dan betina sama-sama mabung sehingga tidak agresif terhadap pasangan.
Berkaitan dengan penjodohan murai batu ini, ada tips yang disampaikan Om Rudi Jambi yang sudah sukses menangkar murai batu. Dalam tulisannya di forum KM, Om Rudi menulis seperti di bawah ini.
1. Agar proses penjodohan lebih mudah, iapkan betina lebih dari 1 ekor, dekatkan dengan pejantan yang telah diseleksi, baik dari kualitas suara, katuranggan maupun prestasinya. Bila sudah ada yang tampak rajin bunyi, ngeleper-ngeleper sayapnya sambil ngeriwik, itu pertanda si betina sudah birahi, pilih betina tersebut, dekatkan dengan pejantan ditempat terpisah selama kurang lebih 3 hari.
2. Masukan ke dalam sangkar bersekat, atau biasanya disebut kandang jodoh, atau bila tidak ada sangkar bersekat boleh juga mengunakan sangkar biasa yang diletakan berhimpitan.
3. Harus dilakukan pengamatan secara rutin, untuk memastikan jodoh tidaknya indukan pilihan tersebut.bila sudah terlihat akrab, yakni sering terlihat berhimpitan meski masih dibatasi sekat, baru masukan ke kandang penagkaran.
4. Amati perilaku indukan, amati terus apakah si pejantan sudah benar-benar mau menerima pasangannya. Tanda-tanda penjodohan yang sukses, apabila sepasang indukan sering berduaan, sering kejar-kejaran, tapi bukan saling serang.sebaliknya bila sang jantan mengejar dan menghajar betina, maka segera pisahkan kembali pasangan tersebut, karna bila dibiarkan bisa berakubat fatal…yakni…. kematian pada sang betina…
5. Lakukan penjodohan alternatif, ulangi kembali penjodohan dari tahap pertama selama 1 minggu, kemudian masukan betina kedalam sangkar kecil dan masukan kedalam kandang besar, sementara itu biarkan sang pejantan bebas didalam kandang penangkaran dan merasa lebih berkuasa, langkah ini juga bertujuan mengurangi birahi pejantan.
6. Ganti pasangan bila tidak mau jodoh, ini merupakan alternatif terakhir dan mutlak dilakukan, yakni bila pasangan tersebut tetap tidak bisa jodoh, ganti betina dengan betina baru. Lakukan langkah-langkah penjodohan mulai dari awal sambil diamati perkembangannya.
Nah, lagi-lagi tips saya tetap sama di artikel penangkaran yang sudah saya tulis, yakni jika burung kita sulit atau lama berjodoh, maka kita bisa menggunakan BirdMature. BirdMature adalah produk untuk meningkatkan birahi burung secara cepat, terutama untuk burung-burung penangkaran.
Menurut pengalaman penangkar murai batu, salah satunya adalah Om Didik di Gresik (RR BF), murai batu betina usia muda sudah bisa dijodohkan dan bisa berproduksi dan malah relatif produktif ketimbang yang tua. Murai batu betina usia sekitar 8 bulan, sudah bisa dijodohkan dan ditangkarkan. Sedangkan jantannya, tetap menggunakan pejantan yang usianya lebih tua, minimal usia satu setengah tahun.
Manajemen pakan pada penangkaran murai batu
Untuk masalah pakan, burung murai batu bisa saja diberikan dengan pola standar berupa voer, serangga, kroto dan juga cacing. Namun demikian pemberian pakan untuk burung penangkaran harus lebih banyak porsinya ketimbang burung untuk peliharaan harian.
Perlu diingat, pemberian asupan yang tidak seimbang justru akan memperlama proses produksi. Penggunaan voer untuk ayam broiler misalnya, memang meningkatkan jumlah protein, tetapi pada saat yang sama jumlah lemaknya pun banyak. Padahal, burung penangkaran yang kegemukan, akan sulit bereproduksi dengan baik. Begitu juga dengan voer yang biasa digunakan untuk burung kicau harian, secara umum sudah baik, namun kandungan mineralnya seringkali tidak bisa kita pastikan karena banyak voer yang dijual tanpa disertai keterangan komposisi isi yang memadai. Dalam kaitan inilah saya menyarankan ke beberapa penangkar untuk memberikan multi vitamin dengan komposisi yang pas untuk burung.
Multivitamin yang bagus setidaknya mengandung vitamin utama, yakni A, D3, E, B1, B2, B3 (Nicotimanide) B6, B12, C dan K3; zat esensial seperti D-L Methionine, I-Lisin HCl, Folic Acid (sesungguhnya adalah salah satu bentuk dari Vitamin B) dan Ca-D Pantothenate. Untuk referensi ini, silakan baca tentang produk BirdVit.
Pada saat yang sama, burung di penangkaran membutuhkan mineral yang komplit dan seimbang. Unsur Ca dan K misalnya, harus benar-benar tercukupi sehingga proses pembuatan cangkang telur bisa berlangsung dengan baik. Lebih dari itu, kekurangan mineral pada burung akan menyebabkan beberapa kendala dalam penangkaran, antara lain bulu lemah, tidak mulus, kusam; terkena rachitis (tulang-tulang lembek, bengkok dan abnormal); paralysa (lumpuh); perosis (tumit bengkak); anak burung mati setelah menetas; mengalami urat keting (tendo); terlepas sendinya, tercerai (luxatio); paruh meleset, kekurangan darah sehingga pucat dan lemah; tidak juga segera bertelur, telur kosong, produktivitas rendah, dan daya tetas rendah, serta kematian embrio tinggi. Untuk menghindari hal itu, ada baiknya Anda mengetahui masalah mineral burung.
Masa mengeram
Seperti halnya penangkaran burung pada umumnya, murai batu membutuhkan lingkungan yang tenang. Paling tidak, harus terbebas dari gangguan predator (kucing, tikus dll). Sementara untuk menghindarkan burung dari serangan penyakit yang berasal dari parasit, maka kita harus memastikan kandang yang relatif bebas parsit dan serangga pengganggu seperti semut dan kecoak.
Parasit pengganggu burung di penangkaran ada macam-macam. Jika tidak ditangani secara serius, maka akan menyebabkan betina tidak nyaman dalam mengeram. Akibatnya, burung tidak tenang dan selalu turun dari sarang. Jika ini berulang terjadi, maka dipastikan telur tidak bisa menetas karena tidak mendapatkan suhu pengeraman yang stabil. Kadang-kadang, gangguan parasit juga menyebabkan indukan berlaku agresif dan bisa mengobrak-abrik sarang, makan telur sendiri, dan lain-lain.
Selama masa mengeram, ekstra fooding perlu dikurangi dengan tujuan agar kedua burung tidak naik birahinya yang juga sering menyebabkan mereka berlaku agresif baik terhadap pasangan amupun terhadap telur yang sedang dierami.
Setelah usia pengeraman 14 hari, maka telur burung murai batu akan menetas. Untuk mengantisipasi masa menetas, maka mulai hari ke-12 pengeraman, Anda perlu meningkatkan jumlah ekstra fooding dan menyediakan kroto sebagai pakan pertama yang akan diberikan indukan kepada anakannya.
Manajemen anakan
Minta makan. Murai batu anakan di penangkaran Om Amiex’s.
Jika telur telah sukses menetas, maka anakan murai batu bisa Anda petik antara usia 5-10 hari. Kalau kurang dari 5 hari, kondisi burung terlalu lemah dan kadang menyulitkan kita untuk menyuapkan pakan. Sementara jika lebih dari 10 hari, burung sudah takut dengan manusia. Akibatnya, mereka takut disuapi dan pada saat yang sama mereka belum bisa makan sendiri. Selanjutnya, ya bisa mati-lah anak-anak murai batu.
Anak-anak murai batu bisa Anda letakkan di wadah apa saja yang penting ada landasan dengan bahan yang sama dengan yang dibuat untuk membuat sarang di kandang penangkaran. Untuk landasan teratas bisa kita beri kapas agar lembut dan tidak melukai anakan burung. Anakan di wadah khusus itu kemudian bisa Anda letakkan di dalam kotak kayu atau kotak apa saja, dengan diberi lampu penghangat.
Sedangkan untuk pakan anakan murai batu yang diambil pada usia 5-10 hari, Anda bisa menyiapkan kroto yang benar-benar bersih dari kotoran dan bangkai semut. Suapkan perlan-pelan dengan alat suap yang bisa Anda buat seperti penjepit yang terbuat dari bambu. Atau Anda bisa membuat dengan bentuk apapun yang penting bisa untuk menyuapkan kroto ke paruh burung anakan. Kroto yang akan Anda berikan, perlu ditetes air sedikit sehingga memudahkan burung anakan untuk menelannya.
Untuk burung-burung di atas usia 7 hari, Anda juga bisa memberikan kroto yang dicampur dengan adonan voer. Untuk memastikan kecukupan vitamin dan mineral anakan burung, Anda perlu menambahkan BirdVit ke dalamnya.
Anakan burung pada usia 15 hari ke atas, Anda sudah bisa mulai memberikan jangkrik kecil yang dibersihkan kaki-kakiinya, dan dipencet kepalanya. Atau kalau untuk pemberian di masa-masa awal, jangan disertakan kaki dan kepalanya. Lebih baik lagi kalau Anda bisa memberikan jangkrik yang sedang mabung, yakni masih lembut dan berwarna putih.
Ketika anakan burung sudah mulai meloncat-loncat kuat di dalam boks sarang, Anda bisa memindahkannya ke dalam sangkar gantung. Hanya saja perlu diingat, dasar sangkar gantung tetap diberi landasan bahan yang sama dengan bahan pembuat sarang. Tujuannya adalah mencegah kaki burung anakan cedera. Sementara untuk tangkringan harus dibuat bertingkat agar burung juga belajar meloncat antar tangkringan.
Sementara itu untuk manajemen indukan pasca anakan diambil, Anda bisa menyetting pakan untuk indukan seperti pada masa pasca penjodohan. Setelah anakan diambil, biasanya 7-10 hari setelahnya, betina mulai bertelur lagi. Hal ini berulang terus dan akan mengalami perubahan ketika burung mengalami masa mabung.
Tips dan info lain:
1. Jika burung jantan untuk penangkaran tidak juga gacor merayu betina meski secara umum terlihat sehat atau burung betina tidak juga matang kelamin meski sudah berusia di atas 7 bulan; atau telor-telor burung tidak isi dan karenanya tidak bisa menetas, kita perlu memastikan bahwa si jantan bisa memproduksi sperma yang “berisi” dan kesehatan reproduksi betina benar-benar maksimal. Kalau kita ragu bagaimana caranya, pastikan saja kita menggunakan Bird Mature.
Selama kondisi alat-alat reproduksi dalam keadaan normal, Bird Mature sudah terbukti meningkatkan kesempurnaan proses reproduksi burung-burung penangkaran. Tidak hanya kenari, tetapi semua jenis burung.
2. Jika burung-burung anakan dari penangkaran kita gampang mati, atau kakinya sering pengkor, lembek, karena daya tahan tubuh secara umum lemah, kita perlu memastikan bahwa indukannya mengonsumsi Bird Mineral
Bird Mineral tidak hanya bagus untuk anakan tetapi juga indukan karena Bird Mineral menjadikan bulu kuat, mulus, berkilau sehabis molting atau ngurak alias mabung; burung tidak terkena rachitis (tulang-tulang lembek, bengkok dan abnormal); bebas paralysa (lumpuh); bebas perosis (tumit bengkak); menjadikan anak burung menetas sehat; burung tidak mengalami urat keting (tendo); burung tidak terlepas sendinya, tidak tercerai (luxatio); paruh tidak meleset, tidak kekurangan darah sehingga pucat dan lemah; burung di penangkaran bisa segera bertelur, telur berisi, produktivitas tinggi, daya tetas tinggi; kematian embrio rendah.
3. Jika Anda masih bingung juga bagaimana cara menangkar burung yang baik, bergabung saja dengan Om Kicau Hotline yang memberi layanan premium konsultasi perawatan dan penangkaran burung. Bagaimana?
Salam sehat burung Indonesia…. Om Kicau.
LIhat Juga:
BETERNAK KACER
BETERNAK KENARI